Wednesday, January 25, 2012

Pantai Sanggar Tulungagung

Bagi orang awam mungkin jarang sekali mendengar pantai yang satu ini. Pantai ini memang sangat asing begitu juga buat  masyarakat Tulungagung. Kota Tulungagung yang biasa di juluki kota Marmer yang merupakan kota yang terletak di pantai selatan jawa timur lebih tepatnya 156km selatan Surabaya lebih terkenal dengan hasil kerajinan marmer dan Onix yang indah. Masyarakat tulungagung pun belum tentu tau keberadaan pantai yang satu ini. Beribu keindahan pantai selatan dapat dinikmati termasuk deburan ombak, hempasan gelombang, karang, goa, pasir putih, biota laut dan berbagai macam ikan sangat banyak di pantai ini. Pantai ini sangat alami karena rata-rata penjamahnya hanya para penggila mancing “Mancing Maniax”  serta para penggiat alam.
Pantai ini lokasi yang terletak 30 km dari kota Tulungagung merupakan kesan tersendiri dibanding pantai lain misalnya Pantai Popoh, Pantai Sine di tulungagung atau bahkan pantai Prigi yang sudah masuk kawasan Trenggalek maupun pantai tambak rejo yang ada di blitar pun kalah telak dengan pesona alami pantai Sanggar ini. Pantai ini belum merupakan kawasan wisata walaupun dekat dengan kawasan wisata pantai Sine. Dari segi geografis pantai ini terletak di kecamatan tanggung gunung. Desa terakhir yang dapat diakses pun adalah desa Ngelo yang merupakan desa yang terletak 5 km sebelum pantai Sine. Untuk pantai Sine sendiri sebenarnya terletak diantara 2 kecamatan yaitu Tanggunggunung dan Kalidawir yang hanya dibatasi oleh sungai. Namun untuk akses ke pantai Sanggar ini hanya bisa diambil melalui jalur barat (masuk wilayah Tanggung gunung).
Jangan harap kita bisa langsung berdiri di bibir pantai Sanggar ini karena jalur pantai ini hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 1,5 jam atau kurang lebih 3-5 km. Bagi para petualang sejati medan yang ditempuh tidak cukup sulit walau hanya berupa jalan setapak yang di tumbuhi rerumputan dan pohon alami. Tumbuhan yang ada pun sangat beragam mulai dari tanaman perdu sampai jenis pohon besar yang banyak dan rimbun. Kesan sejuk pun didapatkan di wilayah hutan sepanjang perjalanan ke pantai tak satupun terik dan panasnya matahari dapat, banyak hal yang bakalan didapat. Tak satupun rumah bakalan kita temui dalam perjalanan ke pantai ini karena kita harus mendaki bukit dan menyusuri pinggiran
Sebenernya pantai ini saya nilai lebih karena proses perhitungan yang matang untuk mendapatkan lokasi yang tepat dan belum terlalu terjamah oleh penduduk seperti pantai sanggar ini. Kesan alami dan bebas dari sampah itulah kriteria pantai yang bagus. Biota serta hewan laut semisal kura-kura, penyu, lumba-lumba sering nampak diatas lautan lepas. Awal nya petualangan mencari pantai ini dilakukan sekitar tahun 2002 bersama teman-teman ARISMADUTA yang melakukan survey untuk awal start susur pantai dari pantai Ujung pakis sampai Pantai Sine. Ditengah perjalanan susur pantai itulah kita dapatkan 2 pantai yang bagus, salah satunya Pantai Ngelur dan Pantai Sanggar. Panjang pantai Sanggar yang hampir 1,5 Km merupakan ciri khas pantai ini dengan pasir putih dan karang serta tebing di sisi timur yang lebih dikenal dengan Watu Gebang. Watu gebang itu sendiri menurutku dikarenakan di sisi timur terdapat sebuah pulau kecil lebih tepatnya batu di tengah laut dan menyerupai sebuah pintu gerbang. Pantai Sanggar merupakan pantai yang cocok untuk menikmati sunrise saat matahari terbit dari sisi itulah munculnya sang mentari yang hangat menyinari pantai yang panjang itu. Jangan harap kita dapatkan pondokan atau sekedar gubug buat menginap, yang ada hanya pasir putih buat alas kita. Deru ombak yang tinggi tak lepas didengar, itulah ciri khas laut pantai selatan yang terkenal dengan ombak yang ganas. Namun demikian ombak yang menerpa pantai Sanggar ini tidak sedasyat pantai lain di tulungagung, karena lokasi yang berupa teluk inilah ombak dari laut bebas akan terpecah oleh batuan karang sepanjang pantai. Karang ini menjorok sepanjang 50meter-100 meter dengan kedalaman sedada hingga 3 meter tergantung pasang surut air laut. Sungguh indah biota yang ada didalamnya, ikan bahkan duri babi pun tak lupa bersarang dibawah deburan ombak. Pasang air laut dipantai ini terjadi pada siang sampai sore hari sekitar jam 2 siang sampai menjelang magrib. Sayang untuk momen sunset tidak bisa kita dapatkan di pantai nan elok ini, hanya dapat di lihat dari karang disisi barat yang berbatasan dengan pantai Ngelur. Sangat berbeda sekali dengan pantai Ngelur yang terdiri dari Batuan karang yang tinggi mirip dengan tebing setinggi 5-10 meter. Sangat cocok untuk menikmati Sunset dan menikmati deburan ombak di lautan Lepas (Laut Bebas). Panjang karang setinggi 5-10 meter itu menjorok ke tengah laut sepanjang 200meter, namun untuk menempuhnya dari sanggar diperlukan waktu 45menit sampai 1 jam jalan kaki melintasi sisi barat pantai sanggar. Pantai Ngelur ini lebih mirip dengan Watu Ulo yang sudah melegenda itu.
Saat malam tiba, yang terlihat sayup dibalik kegelapan lautan biru yang terlihat gelap, ditambah lagi gemerlap beberapa cahaya lampu dari kapal nelayan yang sedang melaut dari kejauhan. Sungguh suatu anugrah yang tidak di dapat di pantai lain di tulungagung. Hanya suara angin laut deburan ombak serta binatang malam yang terdengar di sayup kegelapan malam. Tidak ada bisning kendaraan bermotor atau bahkan deru perahu dimalam hari. Bermunculan pula binatang khas laut yang mirip dengan dengan ubur-ubur berbentuk gel, kalau malam hari akan memancarkan cahaya kebiruan. Diatas pasir laut dimalam hari pun akan terlihat indah dengan berbagai binatang semisal keong melanglang di pasir pantai serta binatang sejenis microba di pasir yang juga bisa memancarkan cahaya kehijauan entah apa namanya.
»»  READMORE...

Friday, January 20, 2012

Pantai Popoh

Pantai Popoh Tulungagung.Mengenai obyek wisata pantai, tidak perlu diragukan lagi bahwa kota Tulungagung memiliki banyak koleksi pantai maupun teluk. Salah satunya yang sudah dikenal baik wisatawan Domestik maupun Mancanegara adalah Pantai Indah Popoh Tulungagung,Jawa Timur.

Pantai yang langsung berhadapan langsung dengan laut Bebas Samudera Hindia ini memang banyak menawarkan keeksotikan keindahan panorama pantai, baik wisata bahari maupun keindahan deburan ombaknya.

Dari sisni dapat dijelaskan bahwa pantai ini memang dikelola dengan serius dan berkesinambungan oleh pemerintah daerah Tulugagung, hal ini dapat dilihat dengan kelengkapan fasilitas yang ditawarkan dan akses sarana dan prasarana yang ada.


Dari tahun-ke tahun tingkat pengunjung selalu meningkat secara signifikan, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa PIP memang menawarkan nilai lebih untuk dijadikan tempat rekreasi dan darmawisata. Suasana pantai yang berhadapan langsung dengan laut bebas menjadikan PIP bernuansa wisata bahari yang sesungguhnya.

Kita bisa merasakan wisata bahari dengan mengelilingi Teluk Popoh yang begitu fresh dan Nature, kita juga bisa melihat keindahan pantai lain disekitar Popoh yang jaraknya begitu dekat yaitu pantai Sidem, Pantai Sine dan pantai Klathak. Ketiga pantai ini masih berada disekitaran teluk Popoh sehingga baik keindahan maupun panorama yang disuguhkan memiliki tingkat nilai yang sama.


Dalam berwisata ke PIP dalam perjalanan kita akan melewati daerah yang hanya ada satu di Indonesia, apakah gerangan?.. daerah Besole..daerah ini sangat terkenal sebagai daerah pengrajin Onik batu pualam yaitu batu Marmer. Marmer hanya ada di Tulungagung, hampir semua gunung-gunung di daerah Besole Tulungagung merupakan daerah penambangan Marmer. Sehingga disini akan anyak sekali dijumpai buah tangan dari kerajinan batu marmer.

Pantai Popoh merupakan salah satu obyek wisata andalan daerah Tulungagung, berbagai acara selalu diadakan di kawasan wisata ini baik itu musik ataupun acara-acara lain. Hampir setiap hari libur dan hari besar kawasan wisata ini selalu dipadati pengunjung, baik yang berasal dari sekitar Tulungagung maupun luar Tulungagung bahkan tidak sedikit yang berasal dari luar negeri.
Wisata Indonesia Surga Dunia
»»  READMORE...

Pantai Sine

Pantai Sine merupakan salah satu Pantai di pesisir selatan Jawa Timur, 30 Km arah selatan kota Tulungagung. tepatnya di desa Kalibatur Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung. Pantai yg biasa disebut Pantai Matahari terbit ini memang kurang mendapatkan perhatian. terbukti dengan minimnya fasilitas dan akses jalan yg masih sulit.
Pertama saya datang ke tempat ini Horror juga, jalan melalui tengah hutan dengan aspal yg sudah rusak. Ketika sampai pun saya juga heran karena di Pos pembelian Karcis tidak ada satupun petugas dan terlihat lama sekali tidak di fungsikan dengan Portal terbuka.
Akhirnya saya lanjutkan perjalanan, hingga saya sampai di sebuah perkampungan Nelayan, dan masuk ke kawasan Pantai...
Wuiiiiiiiih, rasa capek, keraguan dalam perjalanan, semua hilang bersama hempasan ombak dan semilir angin pantai...Indah dan sangat Indah...

»»  READMORE...

CANDI GAYATRI

Majapahit penuh misteri, Majapahit menampilkan berjuta budaya asli, Majapahit perlu diluruskan dari berbagai macam penyesatan yang ada.
 
Tersebutlah Candi Gayatri adalah reruntuhan candi Hindu-Budha yang berada di dusun Boyolangu, kalurahan Boyolangu, kecamatan Boyolangu, kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Pada bagian tangga batu candi ini terdapat tulisan angka 1289 Ç (1367 M) dan 1291 Çaka (1369 M), yang kemungkinan dipakai untuk menandai tahun pembuatan dari Candi Gayatri, yaitu pada zaman kerajaan Majapahit.
 Di dalam kawasan candi ini terdapat satu candi induk dan dua candi perwara di sebelah selatan dan utaranya. Candi induk berukuran 11,40 m x 11,40 m, mempunyai arca Gayatri (arca wanita dari ratu Sri Rajapatni, nenek dari raja Hayam Wuruk)) dengan panjang 1,1 m, lebar 1 m dan tinggi 1,2 m. Pada candi perwara di sebelah selatan terdapat arca Nandi, arca Dwarapala dan arca Mahisasura Nandini. Pada candi perwara di sebelah utara terdapat dua patung yoni yang disangga oleh kepala naga, arca Ganesa dan sebuah patung Jaladwara.
Kitab Negarakertagama di dalam pupuh II/1 menguraikan bahwa Puteri Gayatri alias Rajapatni pada usia lanjut menjadi wikuni/bhiksuni dan mangkat pada tahun 1350 M. Negarakertagama pupuh LXIII - LXIX menguraikan upacara pesta Sraddha pada tahun 1362 M sebagai peringatan dua belas tahun mangkatnya Rajapatni (Isteri Bhre Wijaya/pendiri Majapahit, yang juga ibu Tribhuwanottunggadewi). Negarakertagama pupuh XIX/1 memberitakan bahwa jenazah puteri Rajapatni dicandikan di Kamal Pandak, candi makamnya di Bayalangu yang dibangun pada tahun 1362 M disebut Prajnyaparamita puri. Baik tanah candi maupun arcanya diberkahi oleh pendeta Jnyanawidi. Prasasti Penanggungan 1296 M serta prasasti Kertarajasa 1305 M, memuji-muji kecantikan puteri Gayatri (puteri bungsu raja Kertanegara), dan oleh karenanya paling dikasihi oleh raja Kertarajasa (raja Majapahit pertama).
Atas petunjuk-petunjuk di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mungkin sekali arca Dewi Prajnyaparamita adalah merupakan arca puteri Gayatri (Rajapatni) yang dahulunya di letakkan di Candi Prajnyaparamita Puri di Bayalangu (Tulungagung). 

Prajnyaparamita adalah merupakan salah satu aspek seorang 'bodhisatwa' yang disebut paramita. Arti harafiahnya adalah : 'kesempurnaan dalam kebijaksanaan' yang merupakan salah satu dari enam atau sepuluh sifat transendental manusia. Istilah Dewi Pradjnyaparamita merujuk kepada personifikasi atau perwujudan konsep kebijaksanaan sempurna, yakni dewi kebijaksanaan transendental dalam aliran Budha Mahayana.
Foto berikut adalah yoni Nagaraja yang berada di kawasan situs candi Gayatri atau candi Bayalangu.
»»  READMORE...

Candi Sanggrahan

Candi Sanggrahan

Hm, Candi Sanggrahan terletak di Dusun Sanggrahan, Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. Candi ini hanya berjarak ± 3 Km dari Candi Gayatri atau Candi Boyolangu dan berjarak 1,5 Km dari Candi Dadi, tapi harus naik gunung serta berjarak 6,5 Km dari Candi Mirigambar.
Bacpacker ke Candi Sanggrahan
>  Selepas Candi Boyolangu / Candi Gayatri, kita bisa naik angkot dari Pasar Boyolangu. Namun, angkotnya tidak langsung turun di Candi Sanggrahan. Dari situ kita bisa jalan kaki menuju candi.

>  Jika dari arah kota Tulungagung, kita dapat turun di Perempatan Jepun, dari sini kita bisa naik angkot, becak atau naik ojek.

>  Jika berkendara sendiri, begitu memasuki Kota Tulungagung akan ada banyak papan yang mengarah ke berbagai candi yang ada di Kabupaten ini. Kita hanya mengarahkan kendaraan ke Perempatan Jepun dan akan ada banyak papan yang mengarah ke Candi Sanggrahan.
Komplek Percandian Candi Sanggrahan sebenarnya merupakan sebuah komplek percandian. Sayangnya, seiring berjalannya waktu, dua candi perwara yang berada di sebelah timur candi induk sudah runtuh dan tak bersisa. Sekarang, hanya candi induknya saja yang masih tegak berdiri.
Candi induk Sanggrahan menghadap ke barat dengan panjang 12.60m lebar 9.05 m tinggi 5.86 cm. Bagian atap candi telah runtuh dan yang tersisa adalah bagian kaki candi dan sedikit badan candi. Candi Sanggrahan sendiri merupakan candi yang unik karena disusun atas dua batu yang berbeda. Bagian dalam candi disusun dari batu bata, sedangkan bagian luarnya terbuat dari batu andesit. Hal demikian juga dapat kita temui pada Candi Simping, Candi Surowono dan Candi Induk Penataran.
»»  READMORE...

Pantai Sidem

Sidem Tulungagung,Jawa Timur.Di perkampungan nelayan ini wisatawan dapat menemukan industri rumah tangga dengan produk yang dihasilkan seperti berbagai ikan asin dan terasi vang telah dikemas rapi, serta siap untuk dibawa pulang sebagai buah tangan.

Dari kampung nelayan di
Pantai Sidem ini pula, dapat dinikmati PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) yang diresmikan oleh Bapak Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1994, dengan kemampuan sekitar 30 Mega Watt. Kedua lokasi wisata pantai ini dapat dicapai melalui jalan darat vang telah beraspal dengan baik dan hanya memerlukan waktu tempuh sekitar 30 menit dari Kabupaten Tulungagung maupun Trenggalek clan + 60 menit dari Blitar atau Kediri. Apabila tidak membawa kendaraan pribadi, kendaraan umum tersedia dari Sub Terminal Bus Kota Tulungagung.

Seluruh Masyarakat Tulungagung tentu sudah banyak yang mengenal tentang Pantai Popoh, dimana dalam pantai ini disamping udaranya sejuk juga banyak ditumbuhi pohon – pohon besar. Pantai yang berbentuk teluk ini bila di musim liburan tiba selalu banyak dukunjungi para wisatawan baik lokal maupun dari luar daerah. Disamping timur Pantai Popoh masih ada sebuah pantai yang layak untuk dikunjungi oleh wisatawan, biarpun sebagian masyarakat belum begitu mengenalnya.

Adapun pantai yang dimaksud yaitu
Pantai Coro. Apa yang menarik pantai ini ? Di pantai yang memiliki panjang sekitar 400 meter, pasirnya berwarna putih dan tidak kalah dengan pantai lain yang ada di Jawa Timur dan pasirnya lembut dan bersih.

Selain itu daya tarik lain pada pantai yang berjarak sekitar 1,5 Km dari padepokan Retjo sewu menuju ke timur ini keberadaannya masih alami dan belum banyak tergarap serta ombak pantai juga tidak terlalu besar. Lebih dari itu air laut pantai sangat jernih sehingga permukaan dasar laut bisa dilihat dengan mata telanjang, seperti semua karang dan tumbuhan laut
.
»»  READMORE...

Candi Dadi

Komplek Candi Dadi berada pada ketinggian 360 m dari permukaan laut, berada di areal kehutanan di lingkungan RPH Kalidawir. Candi ini memiliki candi tunggal yang tidak memiliki tangga masuk, hiasan, maupun arca. Candi tersebut berdiri tegak pada puncak sebuah bukit di lingkungan pegunungan Walikukun. Denah candi berbentuk bujursangkar dengan ukuran panjang 14 m, lebar 14 m, dan tingi 6,50 m.

Bangunan berbahan batuan andesit itu terdiri atas batur dan kaki candi. Berbatur tinggi dan berpenampil pada setipa sisinya. Bagian atas batur merupakan kaki candi yang berdenah segi delapan, pada permukaan tampak bekas tembok berpenampang bulat yang kemungkinan berfungfi sebagai sumuran. Diameter sumuran adalah 3,35 dengan kedalaman 3 m.
Dalam perjalanan ke lokasi ini dapat dilihat sisa bangunan kuna yang masing-masing disebut Candi Urung, Candi Buto dan candi Gemali. Candi-candi yang disebut belakangan dapat dikatakan tidak terlihat lagi bentuknya, kecuali gundukan batuan andesit, itupun sudah dalam jumlah yang sangat kecil yang menandai keberadaannya dahulu.
Latar Belakang Sejarah
Berakhirnya kekuasaan Hayam wuruk juga merupakan masa suram bagi kehidupan agama Hindu-Budha. Pertikaian politik yang terjadi di lingkungan kraton memunculkan kekacauan, seiring dengan munculnya agama Islam. Dalam kondisi yang demikian, penganut Hindu-Budha yang berupaya menjauhkan diri dari pertikaian yang ada melakukan pengasingan agar tetap dapat menjalankan kepercayaan/tradisi yang dimilikinya.
Sebagian besar memilih bukit-bukit atau setidaknya kawasan yang tinggi dan sulit dijangkau. Biasanya tempat baru yang mereka pilih merupakan tempat yang jauh dari pusat keramaian maupun pusat pemerintahan. Candi Dadi adalah salah satu dari karya arsitektural masa itu, sekitar akhir abat XIV hingga akhir abat XV
»»  READMORE...

Sejarah Tulungagung

Dalam Bahasa Kawi, Tulungagung berarti ‘sumber air besar’. Tulung berarti sumber, dan agung berarti besar. Dulunya merupakan daerah kecil yang terletak di sekitar tempat yang saat ini merupakan pusat kota (alun-alun).
Tulungagung adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten Tulungagung dibatasi oleh Kabupaten Blitar di sebelah timur, Kabupaten Trenggalek disebelah barat, Kabupaten Kediri di sebelah utara dan Samudra Hindia di sebelah selatan. Secara administratif, Kabupaten Tulungagung terbagi dalam 19 kecamatan, 257 desa, dan 14 kelurahan. Kecamatan tersebut adalah Bandung, Besuki, Boyolangu, Campurdarat, Gondang, Kalidawir, Karangrejo, Kauman, Kedungwaru, Ngantru, Ngunut, Pagerwojo, Pakel, Pucanglaban, Rejotangan, Sendang, Sumbergempol, Tanggung Gunung, Tulungagung.
Secara topografik, Tulungagung terletak pada ketinggian 85 m di atas permukaan laut (dpl). Bagian barat laut Kabupaten Tulungagung merupakan daerah pegunungan yang merupakan bagian dari pegunungan Wilis-Liman. Bagian tengah adalah dataran rendah, sedangkan bagian selatan adalah pegunungan yang merupakan rangkaian dari Pegunungan Kidul. Di sebelah barat laut Tulungagung, tepatnya di Kecamatan Sendang, terdapat Gunung Wilis sebagai titik tertinggi di Kabupaten Tulungagung yang memiliki ketinggian 2552 m. Di tengah Kota Tulungagung, terdapat Kali Ngrowo yang merupakan anak Kali Brantas dan seolah membagi Kota Tulungagung menjadi dua bagian: utara dan selatan.
Dulunya, Tulungagung merupakan daerah yang berawa-rawa, yang terkenal dengan nama Bonorowo/ngrowo (rowo=rawa). Bekas rawa-rawa tersebut kini menjadi wilayah kecamatan Campurdarat, Boyolangu, Pakel, Besuki, Bandung, Gondang. Dalam prasasti Lawadan, terletak di sekitar Desa Wates Kecamatan Campurdarat, dengan candra sengkala “Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa” yang menunjuk tanggal 18 November 1205 M disebutkan bahwa Raja Daha yang terakhir yaitu Sri Kretajaya merasa berkenan atas kesetiaan warga Thani Lawadan terhadap raja ketika terjadi serangan musuh dari sebelah timur Daha. Tanggal tersebut kemudian digunakan sebagai hari jadi Tulungagung. Pada Prasasti Lawadan dijelaskan juga tentang anugrah Raja Kertajaya berupa pembebasan dari berbagai pungutan pajak dan penerimaan berbagai hak istimewa kepada Dwan Ri Lawadan Tken Wisaya, atau dikenal dalam cerita sebagai Dandang Gendhis. Di jaman majapahit, Bonorowo dipimpin oleh seorang Adipati yang bernama adipati kalang. Adipati kalang tidak mau tunduk pada kekuasaan Majapahit, yang berujung pada invasi Mojopahit ke Bonorowo. Adipati kalang dan pengikutnya yang berjuang dengan gagah berani akhirnya tewas dalam pertempuran didaerah yang sekarang disebut Kalangbret dikecamatan Kauman.
Di Jaman penjajahan jepang, Tulungagung dijadikan base pertahanan jepang untuk menangkal serangan sekutu dari australia serta sebagai benteng pertahanan terakhir untuk menghadapi serangan dari arah utara. Pada masa itu ratusan ribu romusa dikerahkan untuk mengeringkan rawa-rawa Tulungagung membuangnya ke pantai selatan dengan membuat terowongan air menembus dasar gunung Tanggul, salah satu gunung dari rangkaian pegunungan yang melindungi Tulungagung dari dasyatnya ombak pantai selatan, yang terkenal dengan sebutan terowongan ni yama. Terowongan tersebut sekarang dijadikan PLTA Tulungagung.
Sentra industri dan makanan
Tulungagung sekarang terkenal sebagai sentra industri kerajinan marmer dan batu onyx. Sentra industri ini terdapat di selatan Tulungagung, terutama di Kecamatan Campurdarat, yang di dalamnya banyak terdapat perajin marmer. Batu-batuan marmer dan onyx tersebut selain bersumber dari Tulungagung sendiri, juga di datangkan dari daerah lain, seperti Bawean, sebuah pulau yang masuk wilayah kabupaten Gresik. Bawean dikenal sebagai pemasok batu onyx yang memiliki kualitas baik dan relatif lebih tua dari segi usia.
Selain industri marmer, di Tulungagung juga tumbuh dan berkembang berbagai industri kecil dan menengah yang kebanyakan memproduksi alat-alat/perkakas rumah tangga. Seperti batik dan konveksinya, bordir Garmen, busana muslim, sprei, sarung bantal, rukuh dan sebagainya. Di Kecamatan Ngunut terdapat industri peralatan TNI dengan standart NATO seperti tas ransel, sabuk, dan lainnya. Begitu juga makanan ringan seperti kacang atom dan lain-lain.
Selain itu, juga terdapat banyak makanan khas Tulungagung. Makanan tersebut barangkali tak akan mudah di temukan di daerah lain, seperti: lodho ayam, nasi pecel, sompil, dan jajanan semisal kacang Shanghai, geti, jongkong, ireng-ireng, sredeg, cenil, plenggong. Ada juga minuman khasnya, seperti: kopi cethe, wedang jahe sere, dawet camcao, rujak uyub, dan beras kencur.
Cerita Wisata dan Seni
Sebenarnya, Tulungagung memiliki banyak potensi pariwisata yang bisa diandalkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Sayangnya, masih banyak potensi pariwisata yang belum tergarap secara baik oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung. Meski demikian, industri pariwisata di Tulungagung cukup berkembang dengan objek wisata andalan seperti Pantai Popoh yang terletak di Kecamatan Besuki.
Tulungagung diuntungkan dengan letak geografis yang berada di tepi Samudera Hindia, sehingga memiliki banyak pantai yang menarik untuk dikunjungi selain Pantai Popoh, di antaranya Pantai Sidem, Pantai Brumbun, Pantai Sine, Pantai Molang, Pantai Klatak, Pantai Gerangan, dan Pantai Dlodo.
Selain objek wisata pantai, Tulungagung juga memiliki objek wisata alam lain, di antaranya Air Terjun Lawean di Kecamatan Sendang, Coban Alam di Kecamatan Campurdarat, Gua Selomangleng di Kecamatan Boyolangu, serta Gua Pasir di Kecamatan Sumbergempol. Di utara Tulungagung, objek wisata alam yang terkenal adalah Pesanggarahan Argo Wilis, Perkebunan Teh Penampean, serta Bendungan Wonorejo.
Beberapa situs peninggalan zaman baheula berupa candi menjadi pelengkap obyek wisata di Tulungagung, seperti Candi Gayatri yang terdapat di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, candi ini adalah tempat untuk mencandikan Gayatri (Sri Rajapatni), istri keempat Raja Majapahit yang pertama, Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana), dan merupakan ibu dari Ratu Majapahit ketiga, Sri Gitarja (Tribhuwanatunggadewi), sekaligus nenek dari Hayam Wuruk (Rajasanegara), raja yang memerintah Kerajaan Majapahit di masa keemasannya. Nama Boyolangu itu sendiri tercantum dalam Kitab Nagarakertagama yang menyebutkan nama Bayalangu/Bhayalango (bhaya = bahaya, alang = penghalang) sebagai tempat untuk menyucikan beliau.
Di bidang seni, Tulungagung memiliki beberapa kesenian khas yang bisa dijadikan magnet untuk mengangkat pariwisata Tulungagung, di antaranya: Jaranan sentherewe , Reog Tulungagungan, Tiban, Jedor, Kentrung, Manten Kucing. Kesenian jaranan dan reog tulungagungan bahkan mendapat dukungan yang luas dari mayoritas masyarakat Tulungagung untuk maju dan berkembang.
Berbeda dengan reog Ponorogo, reog Tulungagung tidak dilengkapi dengan dadak merak. Sebuah sumber mengatakan reog Tulungagung biasanya terdiri dari 6 orang penari dengan membawa dan menabuh kendang. Masing-masing diiringi dua kenong dengan dua nada dan satu gong.
Kelompok-Kelompok Kesenian Tulungagung biasanya memproduksi VCD kesenian mereka secara indi label. Sehingga kalau ada yang menginginkan referensi tentang kesenian-kesenian di Tulungagung, bisa dengan mudah mendapatkannya di pasar-pasar daerah, seperti pasar tulungagung.
Ketoprak ‘Siswo Budoyo’ adalah contoh kelompok kesenian asli Tulungagung yang dulu sangat terkenal dan cukup melegenda. Namun, seiring perjalanan waktu kelompok kesenian ini pun akhirnya surut. Sampai kini belum ada yang bisa menggantikannya.
»»  READMORE...
powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme